Victim blaming merujuk pada tindakan ataupun kecondongan buat mempersalahkan korban atas aksi yang mereka natural, paling utama dalam kondisi kesalahan, pelecehan, ataupun suasana mencekam. Ini merupakan kejadian sosial yang kerap kali timbul selaku jawaban kepada pengungkapan pengalaman mencekam oleh korban. Victim blaming mempersalahkan korban atas apa yang terjalin pada mereka, membuktikan kalau mereka bertanggung jawab ataupun sepatutnya melaksanakan suatu buat menghindari peristiwa itu.
Penafsiran serta contoh- contoh victim blaming:
Rape victim blaming( penyalahgunaan intim): Salah satu wujud victim blaming yang sangat biasa merupakan kala korban pemerkosaan dituduh sebab busana yang dikenakan, aksi laris, ataupun ketetapan yang dikira“ memancing” ataupun“ memanjangkan ajakan” buat penyerbu. Korban kerap kali disalahkan sebab tidak bisa mencegah diri mereka sendiri, ternyata mempersalahkan pelakon yang melaksanakan aksi itu.
Victim blaming dalam kekerasan dalam rumah tangga: Korban kekerasan dalam rumah tangga kerap kali disalahkan sebab tidak meninggalkan ikatan yang beresiko ataupun dituduh mengompori pendamping mereka. Pemikiran ini melalaikan kenyataan kerumitan serta ketertarikan penuh emosi yang ikut serta dalam suasana kekerasan dalam rumah tangga.
Cyberbullying: Korban cyberbullying kerapkali disalahkan sebab tidak menghilangkan akun alat sosial mereka, tidak mengendalikan pribadi mereka dengan bagus, ataupun dikira selaku pemicu acuman online yang menciptakan aniaya mereka. Ini melalaikan kenyataan kalau pelakon cyberbullyinglah yang bertanggung jawab atas aksi mereka serta memindahkan tanggung jawab dari pelakon ke korban.
Ancaman victim blaming kepada kesehatan psikologis:
Rasa bersalah serta malu: Victim blaming bisa menimbulkan korban merasa bersalah serta malu atas apa yang sudah mereka natural. Mereka bisa jadi merasa kalau mereka merupakan pemicu ataupun mempunyai kekeliruan dalam peristiwa itu, yang bisa memperparah perasaan mereka serta membatasi cara penyembuhan.
Pembenaran kekerasan: Victim blaming bisa membetulkan aksi kekerasan serta pelecehan dengan alihkan atensi dari pelakon ke korban. Ini membagikan catatan kalau sikap itu bisa diperoleh ataupun dibenarkan dalam suasana khusus, yang bisa menguatkan tindakan yang mudarat serta menghasilkan area yang tidak nyaman untuk korban.
Minimnya sokongan sosial: Kala korban disalahkan, mereka bisa jadi merasa sungkan buat mencari sokongan serta dorongan dari orang lain. Mereka bisa merasa tidak diyakini, diabaikan, ataupun dihakimi oleh banyak orang di dekat mereka, yang bisa memperparah keselamatan psikologis serta pengasingan sosial